• MTS NEGERI 2 KENDAL
  • TERWUJUDNYA MADRASAH YANG RELIGIUS, BERPRESTASI DAN BERBUDAYA LINGKUNGAN

Tingkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Kubus-Balok dengan Teori Van Hiele

Pembelajaran matematika merupakan proses yang dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana lingkungan yang memungkinkan peserta didik melaksanakan kegiatan belajar matematika, sehingga memahami konsep atau prinsip matematika.

     Berbagai upaya yang telah dilakukan oleh guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran matematika, sampai saat ini belum memperoleh hasil yang maksimal. Meskipun telah dilakukan dengan berbagai pendekatan, strategi, gagasan atau inovasi dalam proses pembelajaran.

     Menurut hasil penilaian dari Kemendikbud tahun 2019 rata-rata nilai untuk materi geometri dan pengukuran di tingkat MTsN2 Kendal 38,69, kabupaten 43,83, propinsi 48,53 dan nasional 43,02. Hal ini disebabkan oleh beberapa factor, dari sisi guru pembelajarannya masih konvesional yaitu dengan ceramah dan belum memperhatikan perkembangan peserta didik. Kemudian dari aspek materi untuk jenjang MTs dari materi geometri bidang datar mulai meningkat ke materi bangun ruang. Yang notabene peserta didik memerlukan imaginasi atau abstraksi ruang yang bagus.

     Berdasarkan kondisi di atas, maka alternatif yang cocok dalam pembelajaran matematika khususnya geometri dan pengukuran adalah dengan menerapkan teori Van Hiele. Tujuan dari penerapan teori Van Hiele ini agar pembelajaran menjadi aktif dan dinamis. Pembelajaran matematika yang melibatkan keaktifan diharapkan dapat memberi pengalaman berpikir peserta didik sehingga hasil belajar dapat meningkat.

     Menurut teori Van Hiele dalam belajar geometri peserta didik akan melalui lima tingkatan hierarkis (Clements dan Battista, 1992: 426). Lima tingkatan tersebut adalah: tingkat 0 (Visualization), tingkat 1 (Analysis), tingkat 2 (Abstraction), tingkat 3 (Deduction), dan tingkat 4 (Rigor).

     Selanjutnya menurut Crowley (1987) level-level berpikir geometri dari teori Van Hiele memiliki karakteristik, yaitu (1) level berpikir akan dilalui peserta didik secara berurutan, (2) level berpikir tidak bergantung dengan usia, namun lebih banyak bergantung pada isi, metode dan media pembelajaran. (3) pengalaman geometri memiliki pengaruh besar pada tingkat kecepatan berpikir melalui suatu level (Nurani, 2016)

     Pembelajaran geometri dengan menggunakan teori Van Hiele adalah pembelajaran yang memperhatikan tingkatan berpikir peserta didik, serta memiliki fase/langkah yang terstruktur di dalam penerapannya. Untuk meningkatkan satu tahap berpikir ke tahap berpikir berikutnya, Van Hiele mengajukan pembelajaran yang melibatkan lima fase yang harus dilakukan oleh guru maupun oleh peserta didik, yaitu: (a) fase informasi yang bertujuan agar guru dapat mengali pengetahuan awal apa yang dimiliki peserta didik tentang materi yang dipelajari dan peserta didik mempelajari arah belajar selanjutnya yang akan diambil, (b) orientasi langsung yang bertujuan merangsang peserta didik secara aktif untuk mengamati unsur unsur kubus ataupun balok yang meliputi titik sudut, rusuk, sisi, diagonal sisi, diagonal ruang maupun bidang diagonal. Dengan harapan peserta didik mendapatkan hubungan prinsip dari hubungan yang sudah terbentuk, guru hanya mengarahkan peserta didik, (c) fase penjelasan yaitu guru mengenalkan beberapa pengertian didalam geometri dan mewajibkan peserta didik untuk menggunakannya dalam percakapan dan dalam mengerjakan tugas, (d) fase orientasi bebas yaitu guru menyediakan tugas yang dapat dilengkapi peserta didik dengan cara yang berbeda dan membuat peserta didik menjadi lebih cakap dengan pengetahuan geometri yang sudah diketahui sebelumnya, dan (e) Fase integrasi (integration); pembelajaran dirancang untuk membuat ringkasan dari apa yang telah dipelajari (Suherman, dkk, 2003).

     Dari tingkatan dan fase tersebut kegiatan belajar mengajar yang harus dilakukan oleh seorang guru dan peserta didik saling terkait. Adapun langkahnya adalah guru membagi peserta didik dalam suatu kelas menjadi lima kelompok secara acak yang berkemampuan heterogen.

     Untuk fase satu dan dua guru memberi setiap kelompok model kubus dan balok dan memberi Lembar Kegiatan Peserta Didik. LKPD tersebut berisi nama bangun ruangnya, unsur-unsurnya ada berapa, dibentuk oleh apa dsb. Pada fase tiga salah satu peserta didik dari salah satu kelompok diminta untuk memberi penjelasan pada teman-temannya, misalnya rusuk dibentuk oleh dua sisi yang berpotongan. Tugas guru memberi penguatan atau membenarkan apabila ada konsep yang salah pada fase penjelasan peserta didik. Fase keempat guru membagi ke setiap kelompok enam kertas berbentuk persegi dan tiga pasang kertas berbentuk persegi panjang, masing masing kelompok diminta menbuat jarring-jaring kubus dan balok sebanyak banyaknya. Kelompok yang dapat membuat jaring-jaring paling banyak dan benar diberi reward ataupun hadiah. Pada fase ini peserta didik terlibat sangat aktif dan dinamis. Fase kelima peserta didik diberi tugas untuk meringkas dari materi yang telah dipelajari yaitu kubus dan balok.

     Dengan diterapkannya teori Van Hiele di kelas VIII A MTs Negeri 2 Kendal ternyata dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar peserta didik. Disamping proses pembelajaran berlangsung aktif dan dinamis yang melibatkan fisik maupun kognitif, serta mampu meningkatkan interaksi antara guru dengan peserta didik maupun antar peserta didik. Guna meningkatkan aktivitas belajar maupun hasil belajar geometri guru dapat menerapkan teori Van Hiele di semua tingkatan kelas. Dengan harapan dapat meningkatkan mutu pendidikan yang lebih baik pada tingkat madrasah ataupun nasional.

Komentari Tulisan Ini
Tulisan Lainnya
Belajar Peluang Dengan Bermain Bridge

Belajar merupakan suatu proses dari tidak tahu menjadi tahu. Dalam proses belajar mengajar dibutuhkan metode pembelajaran yang merupakan suatu cara atau strategi yang dilakukan oleh seo

21/02/2021 12:41 - Oleh Matsanda Pers - Dilihat 497 kali